The Shattered Light-Chapter 91: – Langkah dalam Bayangan
Chapter 91 - – Langkah dalam Bayangan
Kaelen melangkah keluar dari gua dengan Serina di sisinya, napas mereka masih berat setelah pertemuan dengan makhluk bayangan tadi. Malam telah menyelimuti dunia luar, langit dipenuhi awan gelap yang mengaburkan bintang-bintang. Angin dingin menerpa wajah mereka, membawa serta desiran suara yang seolah mengikuti langkah mereka.
Penjaga Ingatan menoleh ke arah Kaelen. "Kita tidak bisa berlama-lama di sini. Jika makhluk itu bisa menyusup ke dunia ini, maka lebih banyak lagi yang akan mengikuti."
Kaelen mengangguk, tetapi pikirannya masih dipenuhi keraguan. "Ke mana kita harus pergi?"
Penjaga Ingatan menatap jauh ke depan, matanya memantulkan cahaya samar dari bulan yang tertutup awan. "Ada tempat yang bisa memberi kita jawaban—Perpustakaan Terlarang di Benteng Malrik. Jika ada cara untuk menutup celah antara dunia ini dan kehampaan, itu ada di sana."
Serina menggigit bibirnya. "Tapi... bagaimana jika aku bukan lagi sepenuhnya diriku sendiri?"
Kaelen menatapnya, mencoba mencari jawaban di dalam matanya yang sekarang terasa lebih asing. "Kau adalah Serina. Dan aku akan memastikan kau tetap begitu."
Serina menelan ludah, tetapi ia mengangguk. "Baik. Maka kita tidak boleh membuang waktu."
Mereka bergerak menyusuri hutan, bayangan pepohonan menjulang tinggi di sekeliling mereka. Suasana terasa tegang, seolah sesuatu bisa muncul dari kegelapan kapan saja. Serina terus mencengkeram tangannya sendiri, seakan berusaha mengusir sesuatu yang berbisik di dalam kepalanya.
Tiba-tiba, sebuah suara lirih terdengar di telinga Kaelen. Ia menoleh tajam, pedangnya terangkat. "Berhenti."
Serina dan Penjaga Ingatan segera menghentikan langkah mereka.
Kaelen memicingkan mata ke arah pepohonan yang bergoyang pelan di depan mereka. "Kita tidak sendirian."
Dari balik kegelapan, sesosok pria bertudung muncul. Wajahnya tertutup bayangan, tetapi auranya terasa kuat. Ia tidak mengangkat senjata, tetapi ekspresinya menyiratkan bahwa ia bukan seseorang yang bisa dianggap remeh.
Read 𝓁atest chapters at fгeewёbnoѵel.cσm Only.
"Kaelen Draven," pria itu berbicara dengan suara dalam yang menggema di antara pepohonan. "Kau telah membuka pintu yang seharusnya tetap tertutup."
Kaelen langsung siaga. "Siapa kau?"
Pria itu melangkah maju. "Seseorang yang telah memperingatkanmu sejak lama."
Serina menegang. "Apa maksudmu?"
Pria itu menghela napas. "Celakanya, kau tidak ingat aku."
Kaelen mengernyit. Ada sesuatu dalam suara pria itu yang terasa familiar, tetapi pikirannya kosong—seperti sebuah kenangan yang telah terhapus.
Penjaga Ingatan maju selangkah. "Jika kau tahu sesuatu, katakan sekarang."
Pria bertudung itu menatap Kaelen dalam-dalam sebelum berbicara lagi. "Kau telah kehilangan banyak hal karena kekuatanmu. Tapi yang kau lupakan kali ini... adalah sesuatu yang bisa menghancurkan segalanya."
Hening.
Kaelen mengepalkan tinjunya. "Apa yang telah aku lupakan?"
Pria itu tidak menjawab. Sebagai gantinya, ia mengangkat tangannya, dan dalam sekejap, dunia di sekitar mereka berubah. Pohon-pohon lenyap, tanah yang mereka pijak menghilang, dan mereka kini berdiri di dalam sebuah ruangan gelap yang dipenuhi bayangan berkabut.
Serina terengah. "Apa yang kau lakukan?"
Pria itu menatap Kaelen dengan ekspresi dingin. "Aku hanya menunjukkan padamu kebenaran yang telah kau buang."
Kaelen merasa jantungnya berdetak lebih cepat. Dari dalam kegelapan, bayangan mulai membentuk sosok-sosok. Wajah-wajah yang seharusnya ia kenali, tetapi tak bisa ia ingat.
Dan di antara mereka, ada satu wajah yang membuat napasnya terhenti.
Wajah seorang wanita.
Wanita yang namanya seharusnya ia ingat.
Tetapi ia tidak bisa.
Kaelen mencoba melangkah mendekat, tetapi seolah ada kekuatan yang menahannya. Bayangan wanita itu mulai bergerak, mendekatinya dengan langkah pelan. Suara samar berbisik di telinganya, nyaris tak terdengar.
"Kaelen... mengapa kau melupakan aku?"
Dada Kaelen terasa sesak. Kenangan yang seharusnya ada di benaknya terasa seperti pasir yang terus meluncur dari genggamannya. Ia ingin menjawab, ingin mengingat, tetapi semakin keras ia mencoba, semakin kosong pikirannya.
Serina menoleh ke Penjaga Ingatan. "Apa yang sedang terjadi?"
Penjaga Ingatan menggeleng. "Ini bukan sekadar ingatan yang hilang. Ini sesuatu yang telah diambil darinya."
Pria bertudung itu menghela napas. "Kaelen, jika kau tidak mengingatnya sekarang, maka kau tidak akan pernah bisa menghentikan apa yang akan datang."
Kaelen menatap sosok wanita itu sekali lagi. Ia bisa merasakan kesedihan yang terpancar dari matanya, tetapi ia tidak tahu siapa dia.
"Siapa kau?" suara Kaelen bergetar.
Wanita itu tersenyum tipis, lalu membisikkan sesuatu.
Dan dalam sekejap, dunia di sekitar Kaelen meledak dalam cahaya putih yang menyilaukan.