The Shattered Light-Chapter 95: – Bayangan Masa Lalu
Chapter 95 - – Bayangan Masa Lalu
Kaelen berdiri tegap, merasakan denyutan ingatan yang kini kembali utuh. Napasnya masih terengah-engah, tetapi kepastian telah mengendap dalam benaknya. Ia menatap pria bertudung yang kini tak lagi setenang sebelumnya.
"Kau tidak mengira aku akan kembali, bukan?" Suara Kaelen terdengar lebih mantap dari sebelumnya, disertai tatapan yang menyala dengan tekad baru.
Pria bertudung menghela napas pelan. "Aku tidak meremehkanmu, Kaelen. Aku hanya tahu bahwa kebenaran yang baru kau ingat akan lebih membebanimu daripada yang bisa kau bayangkan."
Serina, yang kini berhasil membebaskan diri dari kekuatan pria itu, bergerak mendekat, matanya penuh tanda tanya. "Apa maksudnya?"
Kaelen menatapnya sejenak sebelum kembali memfokuskan perhatiannya pada pria bertudung. "Aku tahu siapa kau. Dan aku tahu siapa dia." Ia menoleh ke arah bayangan yang mulai muncul di balik pria itu—bayangan seorang wanita yang selama ini terkubur dalam ingatannya.
Sosok wanita itu semakin jelas, wajahnya pucat dengan mata kelam yang menyiratkan kelembutan. "Kaelen... kau akhirnya mengingatku."
Serina mengerutkan kening, kebingungan terlihat jelas di wajahnya. "Siapa dia?"
Kaelen menelan ludah, suaranya bergetar halus. "Dia... dia adalah saudara perempuanku."
Serina terkejut, tetapi sebelum ia bisa bertanya lebih lanjut, wanita itu melangkah maju. "Kau mengorbankanku untuk kekuatan, Kaelen. Kau tidak pernah bermaksud melupakan, tetapi kekuatan yang kau gunakan memaksa ingatan tentangku lenyap."
Pria bertudung itu menunduk, suaranya lebih tenang. "Itulah harga yang selalu harus dibayar oleh mereka yang memegang kekuatan bayangan."
Kaelen mengepalkan tangannya. "Kalau begitu, mengapa kau membawaku ke sini? Mengapa kau membiarkanku mengingatnya sekarang?"
Wanita itu menatapnya dalam-dalam, suaranya lembut namun sarat makna. "Karena perang yang kau hadapi belum berakhir. Dan aku..." Ia berhenti sejenak, matanya berkabut dengan emosi yang sulit terbaca. "Aku adalah bagian dari bayangan itu sekarang."
Serina tersentak. "Apa maksudmu?"
Pria bertudung melangkah mundur, membiarkan wanita itu berbicara. "Aku telah menjadi bagian dari kehampaan. Aku tidak bisa kembali bersamamu, Kaelen. Tetapi aku bisa menunjukkan jalan yang harus kau ambil."
Kaelen merasakan dadanya mencengkeram. Setelah perjuangan panjangnya mengembalikan ingatan, kenyataan pahit menamparnya dengan keras. "Jadi aku telah mendapatkan ingatan ini... hanya untuk kehilanganmu lagi?"
Wanita itu tersenyum kecil, meskipun ada kesedihan dalam sorot matanya. "Tidak semua kehilangan harus berakhir dengan penderitaan. Kau bisa memilih untuk menggunakan apa yang kau pelajari dariku... untuk menghentikan kegelapan yang akan datang."
Cahaya merah yang sebelumnya berdenyut dari tanah semakin kuat. Udara di sekitar mereka bergetar, seakan dunia ini akan runtuh kapan saja. Tanah mulai merekah, dan energi kelam merayap keluar dari retakan-retakan di sekeliling mereka.
Pria bertudung mengangguk pelan. "Waktunya sudah hampir habis. Jika kau ingin menghentikan kehancuran yang akan datang, kau harus pergi ke tempat di mana semuanya dimulai."
Kaelen menarik napas dalam, lalu berkata tanpa ragu, "Benteng Malrik."
Serina menatapnya, sorot matanya menunjukkan keteguhan. "Itu tujuan kita sejak awal."
Wanita itu tersenyum tipis, suaranya nyaris berbisik. "Maka pergilah. Aku akan selalu bersamamu, Kaelen... meski aku tak lagi ada di sisimu."
Kaelen merasakan sesuatu di dalam dirinya remuk, tetapi ia menundukkan kepala dengan penuh penghormatan. Ia tak akan membiarkan pengorbanannya sia-sia.
Cahaya merah tiba-tiba menyelimuti wanita itu, membuatnya perlahan memudar. Sebelum ia menghilang sepenuhnya, ia berbisik pelan. "Jangan pernah melupakan lagi..."
Dan dengan itu, ia lenyap.
Kaelen menatap tempat di mana ia berdiri untuk terakhir kalinya, lalu mengepalkan pedangnya. Matanya kini penuh dengan tekad baru.
Serina menggenggam gagang pedangnya lebih erat. "Kita tidak punya waktu untuk ragu. Jika Benteng Malrik benar-benar menyimpan jawaban, kita harus sampai ke sana sebelum kekuatan ini semakin berkembang."
Pria bertudung itu memandang Kaelen dengan ekspresi sulit ditebak. "Kau memiliki kesempatan untuk menghentikan apa yang sudah dimulai. Tapi ingat, Kaelen... pilihan yang akan kau buat tidak hanya menentukan nasibmu, tetapi juga dunia ini."
Kaelen menatap langit yang kini semakin gelap, guntur bergemuruh di kejauhan. Ia tahu ini bukan hanya tentang dirinya lagi.
Tanpa ragu, ia berkata, "Kita berangkat sekarang."
R𝑒ad latest chapt𝒆rs at freewebnovёl.ƈom Only.
Dengan langkah yang lebih mantap dari sebelumnya, mereka melangkah menuju Benteng Malrik, tempat di mana semua kebenaran akan terungkap dan takdir mereka akan ditentukan.